Pernah
berbincang, atau membaca kisah wirausahawan senior? Sebagian dari mereka,
membanggakan prestasinya bukan karena mereka bersekolah tinggi-tinggi. Mereka
membanggakan “kampus hidup”, dengan guru-guru “jalanan” dan kearifan menangkap
“ilmu kehidupan”.
Sukses mereka,
dibangun dengan realitas bisnis (dan kehidupan global) yang belum serumit zaman
sekarang. Karena kerumitannya kian kompleks, wirausahawan memerlukan banyak
input, termasuk dari pendidikan. maka, “success story” tempo dulu, diambil
saripatinya, kearifan dan kegigihannya, bukan “semangat besar zonder
pengetahuan”. Wirausahawan pun untuk sukses, memerlukan pengetahuan dan
keterampilan teknis. Bagaimana ia bisa “menjual” kalau tidak mendalami
“dagangannya”? Bagaimana meyakinkan orang, kalau ia tidak mengerti apa yang
harus ia tawarkan?
Perlunya orang yang
mampu dan berpengalaman dalam membantu sebuah bisnis, tidak perlu diperdebatkan
lagi. Meskipun demikian, kualifikasi akademik yang bagus, bahkan dari institusi
yang paling bergengsi, juga bukan jaminan kesuksesan di setiap tingkatan
dalam dunia korporat. Apapun
perusahaannya Anda harus memiliki keterampilan teknis atau kemampuan
mempekerjakan orang untuk itu. Ini yang saya sebut “bekerja dengan otak orang
lain.”
Pendahulu kita,
juga orangtua kita sering bilang, “Nak, pergilah ke sekolah (kuliah), kalau
tidak, kamu bakal gagal menjalani kehidupan. Kamu tidak bakal sukses.” Oke,
niat baik orangtua, kita terima. Tapi sukses, bukan hanya karena kepintaran.
Wirausahawan sejati (kebanyakan) menikmati saat ia memimpin, menjadi pengelola
usahanya sendiri. Ia memiliki orang-ornag yang bekerja padanya. Karena urusan
teknis memerlukan keahlian teknis, sebagai bos, ia harus mendapatkan orang lain
yang menguasai ketrampilan teknis itu. Maka ia pekerjakan seseorang yang lebih
pintar daripada dirinya. Jika Anda pemilik usaha ini, maka Anda adalah bos yang
mempekerjakan tenaga ahli. begitu usaha Anda sukses, selangkah demi selangkah
mengisi jagad dunia usaha, bahkan Anda naik terus ke jenjang prestisius dalam
bisnis yang Anda geluti, saat itu orang tak lagi peduli Anda pintar atau tidak
di sekolah. Bahkan, kampus Anda saja, orang tak lagi hirau. Anda dulu anak
siapa, “sesulit apa”, juga tak lagi menjadi perbincangan.
Bicara soal
memanfaatkan otak orang lain, David Ogilvy, tokoh paling inspirasional dalam
dunia iklan, pernah memberi nasihat. Katanya,”Pekerjakanlah orang yang lebih
pintar daripada Anda.” Dengan mempekerjakan orang yang lebih pintar dari Anda,
maka Anda akan lebih cepat dan banyak belajar dari mereka. Banyak orang yang
lebih pintar daripada Anda pada banyak hal – menulis pidato, membangun tim,
yang dengan sadar mengajar anggota tim baru berbagai keterampilan baru. Sama
halnya dengan keuangan. Anda dapat belajar akunting dasar dengan cepat kepada
akuntan anda.
Perusahaan yang
menonjol seperti Coca-Cola, IBM, Microsoft, memiliki orang dengan kualitas
menonjol hampir di semua bidang. Pekerjakanlah orang lain, buat mereka bekerja
untuk Anda meskipun untuk itu, Anda harus mengeluarkan banyak uang.
Satu hal lagi yang
harus diingat, jangan bergantung kepada daftar riwayat hidup dalam
mempekerjakan orang, sebab semua itu dapat dibuat dan ditata sedemikian
menarik, padahal sesungguhnya itu tidak mencerminkan realita yang ada. Penilaian
justru didasarkan pada naluri atau insting dasar yang Anda miliki. Carilah
orang yang Anda yakin:
mampu
mengendalikan bisnis
menunjukkan
antusiasme
mampu
memperlakukan staf dengan baik
Miliki orang yang memiliki komitmen untuk
mengembangkan bakat. Ini merupakan satu inti kelompok bagi anda. Pastikan bahwa
Anda mempekerjakan orang yang tepat, pada tempat yang tepat dan waktu yang
tepat.
Bisnis berhasil
karena konsep dasarnya bagus, juga naluri wirausahawan terhadap suatu momen.
Wirausahawan harus mampu bersikap luwes. Kalau memproduksi bunga plastik tidak
menguntungkan, dia bisa cepat berganti memproduksi rambut palsu, lalu mainan
dan elektronik. Dengan begitu, perusahaannya bisa menemukan ceruk yang
betul-betul menjadi awal yang baik untuk berkembang.
GAYA MANAJEMEN-nya berdasar pada akal sehat
dan PERTUMBUHANNYA berasal dari momentum alamiah dan intuisi.
Keahlian bisnis
dari bangku kuliah? Oke, ia adalah serangkaian “nilai studi” di atas kertas
sertifikat kelulusan. Tapi, itu bukan jaminan sang alumnus sekolah bisnis, akan
mampu merintis bisnis. Sebab, dengan gelar dan nilai cum laude sekalipun,
sebatas “jaminan” penguasaan administrasi bisnis. Dan administrator bukanlah
wirausahawan. Jangan berharap, setelah sukses studi Master of Bussiness
Administration (MBA), misalnya, sang alumnus akan mengurus sebuah industri,
melibatkan keluarganya total bekerja bersamanya – mungkin tanpa upah dulu -
sampai usahanya sukses. Ini bukan “kelas” akademisi bisnis, tapi dunianya seorang wirausahawan dengan energi
juang bisnis yang tinggi.
Akademisi bisnis, memang diperlukan dalam sebuah usaha, karena perannya
berkait erat dengan langkah pembenahan sistem manajemen dan kontrol dalam
sebuah bisnis. namun begitu, sang master administrasi bisnis, tidak bisa
memulai bisnis itu sendiri.
Jika Anda bekerja
dengan orang yang sangat cemerlang dibidangnya dan memiliki beragam bakat dan
latar belakang, Anda akan mengembangkan sebuah tim dengan kekuatan dan
kelenturan yang baik. Adalah esensial untuk mampu mengenali bakat sejati dan
mengembangkannya.
Memakai otak orang
lain adalah benar-benar suatu kesenangan jika anda suka permainan dalam tim.
Bekerja dengan seorang yang tidak Anda sukai secara aktif, di sisi lain, bisa
menjadi sebuah pengalaman yang sangat membuat stress, walaupun mereka sangat
cakap dalam pekerjaannya.
Anda tidak akan pemah menyesal bekerja dan berkembang
bersama orang-orang berbakat. Orang-orang seperti ini yang akan membuat Anda
menjadi wiraswastawan yang lebih sukses. Satu fakta menarik, bisa diperlhatkan
di sini, bagaimana figur kharismatik di sebuah di desa tertinggal, menarik
”orang-orang terdidik” untuk berbuat sesuatu didesanya. Ia, figur yang mampu
bekerja dengan otak orang lain, meskipun cuma berbekal Sekolah Rakyat ”Ongko
Loro” (Angka Dua). Contoh serupa itu, kami temukan di Cijeruk, Bogor Selatan.
Ada Haji Zakaria, punya tanah lumayan luas, pendidikannya cuma SR, tapi ia bisa
mengoptimalkan lahannya sebagai contoh bagi pertanian di desanya dan desa-desa
sekitarnya, saat melibatkan mulai LSM Pertanian Organik sampai Dinas Pertanian
setempat, memperlihatkan bagaimana bertani yang baik dan bernilai bisnis.
Description: Tips Berbisnis:Memanfaatkan Otak Orang LainRating: 4.5 Reviewer: Khamid Q ItemReviewed: Tips Berbisnis:Memanfaatkan Otak Orang Lain
0 komentar:
Posting Komentar